HARI SANTRI NASIONAL 2022
MEMPERINGATI HARI SANTRI BERSAMA SANTRI BIQ
Hari santri mulanya berawal dari masyarakat pesantren yang ingin meneladani perjuangan santri yang mamperjuangkan negara dari kembalinya Belanda beserta sekutunya. Adalah ponpes Babussalan yang terletak di Malang, Jawa timur, pertama kali mengusulkan lewat media sosial resmi untuk di adakannya Hari santri dan itu terjadi pada tahun 2014. Dan usulan itu di sampaikan kepada Jokowi Dodo yang pada saat itu masih menjadi calon presiden tengah melakukan kunjungan ke pesantren.
kegiatan santri BIQ pada hari santri adalah upacara menaikan bendera merah putih. |
Hari Santri yang di-sah-kan pada tanggal 15 Oktober 2015 yang disahkan langsung oleh presiden Jokowi Dodo, dimana hari santri itu jatuh pada tanggal 22 Oktober yang setiap tahunnya akan diperingati dengan upacara bendera merah putih dan dengan menyanyikan mars hari santri juga lagu Syubanul wathon.
Berdasarkan sejarah, pasukan sekutu dalam hal ini inggris tiba di Indonesia, dengan tujuan awal; 1. Mengevakuasi Interniren. 2. Membebaska tawanan perang. 3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang yang pada saat itu kalah perang dunia II. Pemerintah Indonesia pada saat itu pun mengizinkan Inggris dengan syarat tak boleh ada satu pun tentara Belanda yang menyelundup. Dengan gestur baik itu, pemerintah berharap bisa mendapatkan pengakuan dari sekutu sebagai pemenang perang dunia ke II. Namun sayang karena pada saat inggris melakukan misinya, pasukan Allied Forces Netherlands Eats Indies (AFNEI) diam-diam menyeludupkan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA).Gelagat Belanda yang terlihat lantas membuat masyarakat curiga, para laskar pemuda di berbagai daerah pun bersiap mengangkat senjata sebagai antisipasi terjadinya pertempuran.
Menghadapi situasi yang makin panas, Ir. Soekarno mengirim utusan ke pondok pesantren Tebu Ireng untuk menemui Rais Akbar Nahdlatul Ulama (NU) K.H. Hasyim Asy'ari untuk meminta pendapat dalam menghadapi situasi yang tengah dihadapi. Bung Karno juga mencurahkan kegundahannya dimana sampai pada bulan Oktober, masih belum ada negara yang mau mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal ini di sebabkan karena propaganda Belanda menyebarkan berita bahwa negara yang didirikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta adalah negara boneka Fasisme Jepang.
Menanggapi hal tersebut, K.H. Hasyim Asy'ari lantas mengundang konsul-konsul NU di seluruh Jawa dan Madura untuk mengadakan pertemuan di Sutabaya pada tanggal 21 Oktober 1945. Pertemuan di markas Ansor Nahdlatul Ulama ini juga merupakan bentuk respon atas jatuhnya beberapa daerah ke tangan Inggris dan Belanda. Keesokan harinya, dari diskusi Santri dan Ulama tersebut tercetuslah sebuah kesepakatan yang berbunyi 'Mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan umat islam'. Dan kesepakatan ini di kenal dendan nama "Resolusi Jihad".
Resolusi yang diterbitkan PBNU ini dangan cepat menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Dari Masjid ke Masjid, tersiar seruan Jihad yang disambut Gegap Gempita masyarakat Surabaya. Pertempuran 10 November 1945 yang diawali dengan perlawanan rakyat Surabaya terhadap pasukan Brigade 49 sekutu pimpinan Brigjen AWS Mallaby adalah salah satu dampak yang lansung terasa oleh masyarakat Surabaya dari Resolusi Jihad.
Menurut catatan sejarah, perlawanan ini di latar belakangi oleh kemarahan masyarakat terhadap provokasi-provokasi sekutu yang menduduki objek-objek vital di Surabaya, seperti lapangan terbang Tanjung Perak, kantor Radio Surabaya, pusat Kereta Api, hingga menyerobot kantor Polisi RI, dan pemjara Bubutan. Kemarahan masyarakat memuncak ketika pesawat inggris menyebarkan pamflet berisi ultimatum yang meminta masyarakat dan pemuda untuk menyerahkan senjata pada sekutu dan mereka mengancam akan membunuh siapapun yang melanggar ultimatum tersebut.
perlawanan masyarakat Surabaya terhadap pasukan AWS Mallaby itu terjadi selama tiga hari penuh. Dalam pertempuran ini banyak kaum santri dan pengikut NU yang terlibat pertemuran di Jembatan Merah, Wonokromo, Waru, Buduran, dan daerah-daerah lain di Surabaya. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan besar rakyat Surabaya dan tewasnya Brigjen AWS Mallaby.
Namun, tewasnya brigjen AWS Mallaby tersebut bukanlah akhir dari perjuangan rakyat Surabaya. pertempuran itu justru kelak memicu pertempuran yang lebih besar yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945.
Pada intinya, Resolusi Jihad yang diterbitkan PBNU memberikan dampak yang sangat singnifikan pada hari-hari berikurnya. Dan setelah pertempuran tiga hari itu, Resolusi Jihad kembali digelorakan di banyak tempat sehingga dapat memumpun kekuatan untuk prtempuran 10 November 1945 dan menjadi semangat dan motivasi baru bagi generasi selanjutnya.
Atas peran Resolusi Jihad tersebut, wacana akan ditetapkannya Hari Santri pada mulanya akan dijatuhkan pada setiap tanggal 1 Muharam dalam penanggalan islam, namun, uasulan itu ditolak oleh PBNU. kemudian melalui keputusan presiden no.22 tahun 2015 pemerintah menyatakan bahwa pada tanggal 22 Oktober ditetapkanya sebagai Hari Santri Nasional.
sesi poto bersama para petugas upacara. |